Makalah Suhu Tubuh



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak factor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakuan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.  
Ada banyak factor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh, seperti hormon, system syaraf, usia, dll. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang system pengaturan suhu tubuh.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu hipotalamus ?
2.      Bagaimana system pengaturan suhu tubuh ?
3.      Apa fungsi dari reseptor suhu ?
4.      Apa saja macam-macam dari suhu tubuh ?
5.      Apa factor yang mempengaruhi suhu tubuh ?
6.      apa saja yang mengganggu pengaturan suhu tubuh ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tntang hipotalamus
2.      Untuk mengetahui system pengaturan suhu tubuh
3.      Untuk mengetahui fungsi dari reseptor tubuh
4.      Untuk mengetahui macam-macam suhu tubuh
5.      Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi suhu tubuh
6.      Untuk mengetahui hal-hal yang mengganggu suhu tubuh



BAB II
PEMBAHASAN
A.         Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energy dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai bagian tubuh dikulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan u tuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01°C.
Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti mengelalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri diperifer). Reseptor suhu sangat aktif selama perubahan temperature. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat cepat. Suhu ini dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta disusunan syaraf pusat dan organ abdomen.
Di hipotalamus diketahui terdapat 2 ousat pengaturan suhu, yaitu diregio posterior diaktifkan oleh suhu dingin, dan kemudian memicu reflek yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Sedang regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu reflex yang memperentarai pengurangan panas.  
B.          Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu dapat di bagi, antara lain:
1.       Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.
2.      Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3.      Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1.      The mercury-in-glass thermometer
2.      The electrical digital reading thermometer
3.      A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)

C.         Fungsi dari Reseptor Suhu
Etimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara, kelembapan,cahaya. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung denrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput myelin dan dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau nociresetor. Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang :
1.      INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh.
2.      KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar gula dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
3.      EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan cahaya (dalam alat pengelihatan).
4.      HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system syaraf,reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT) sedang efektor erat dengan syaraf motorik(EFERENT). Reseptor berfungsi sebagaipengubah energy, mengubah bentuk suatu energy menjadi bentuk tertentu. dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial aksi. Apabila suatu resektor menerima rangsangan yang sesuai maka membrane reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika rangsangan yang diterima reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih kuat. Makin besar rangsangan yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan sehingga dapat melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial generator. 
D.         Macam-macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
1.      Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2.      Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
3.      Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
4.      Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu didalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dala, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang tedapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C
E.          Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1.       Exercise:
semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2.      Hormon:
Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3.      Sistem syaraf:
selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4.      Suhu tubuh:
meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5.      Asupan makanan:
makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
6.      Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.
7.      Usia:
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas. Pada lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme control suhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan metabolism
8.      Olahraga:aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
9.      Kadar Hormon:suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
10.   Irama sirkardiansuhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. 
11.    Stres:
stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan
12.   Lingkungan:
mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang. 
F.          Hal-Hal Yang Mengganggu Suhu Tubuh
Hal-hal yang sering mengganggu suhu tubuh diantaranya disebabkan oleh:
1.       Demam: mekanisme pengeluran panas tidak mampu mengimbangi produksipanas. Demam terjadi karena perubahan set point hipotalamus.
2.      Kelelahan akibat panas: terjadi apabila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.
3.      Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengeluarkan panas.
4.      Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama.
5.      Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
a.      ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit  
b.      anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c.       mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit

Tabel suhu tubuh normal menurut usia :
USIA
SUHU (DERAJAT CELCIUS)
3 BULAN
37,5
6 BULAN
37,5
1 TAHUN
37,7
3 TAHUN
37,2
5 TAHUN
37,0
7 TAHUN
36,8
9 TAHUN
36,7
11 TAHUN
36,7
13 TAHUN
36,6
DEWASA
36,4
>70 TAHUN
36,0


G.  .Gejala-gejala Hipotermia
Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang muncul tergantung kepada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.
Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas, dan tidak mau makan.
Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami hipotermia ringan akan menunjukkan gejala menggigil yang disertai rasa lelah, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan napas yang cepat.
Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap hipotermia biasanya tidak mampu untuk menggigil lagi. Ini mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap menengah hingga parah.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah akan mengalami gejala-gejala yang meliputi:
  • Mengantuk atau lemas.
  • Bicara tidak jelas atau bergumam.
  • Linglung dan bingung.
  • Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian walaupun sedang kedinginan.
  • Kesulitan bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
  • Napas yang pelan dan pendek.
Jika tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan menyebabkan gejala-gejala berikut ini:
  • Kesadaran yang terus menurun hingga pingsan.
  • Pupil mata yang melebar.
  • Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.
  • Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut nadi.
Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala di atas, bawalah secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.
H. Langkah Pengobatan Hipotermia
Hipotermia dapat diatasi dengan mencegah proses pelepasan panas tubuh dan menghangatkan tubuh pengidap secara perlahan-lahan.
Sebelum pengidap hipotermia menerima penanganan dari petugas medis profesional, ada beberapa langkah pertolongan darurat yang dapat Anda lakukan untuk membantu. Di antaranya:
  • Memantau pernapasan pengidap. Segera berikan napas buatan jika pengidap berhenti bernapas.
  • Perlakukan pengidap dengan hati-hati. Gerakan yang kasar atau berlebihan dapat memicu serangan jantung. Menggosok tangan atau kaki pengidap juga sebaiknya dihindari.
  • Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika memungkinkan. Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air hangat.
  • Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
  • Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut atau pakaian agar hangat.
  • Jika Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan selimut sebelum membaringkan pengidap.
  • Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya secara hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
  • Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan. Tetapi jangan memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
  • Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat untuk mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, dada, atau selangkangan. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.
Setelah sampai di rumah sakit, pengidap hipotermia akan menerima beberapa langkah penanganan medis. Pemilihan jenis penanganan akan tergantung pada tingkat keparahan hipotermia yang diderita pengidap. Beberapa jenis perawatan intensif yang biasanya dilakukan meliputi:
  • Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali mengalirkannya ke dalam tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.
  • Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang sudah dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
  • Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
  • Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa bagian tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.
Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, misalnya radang beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat terhambatnya aliran darah), atau bahkan kematian.
I.                   Langkah Pencegahan Hipotermia
Hipotermia bisa dicegah. Ada beberapa langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk menghindari hipotermia, yaitu:
  • Menjaga agar tubuh tetap kering. Air lebih cepat menyalurkan panas ke udara dibandingkan jika tubuh kita kering. Segera ganti jika pakaian Anda yang basah karena akan menyerap panas tubuh Anda.
  • Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi Anda yang gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Gunakanlah pakaian dari bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh sekaligus menyerap keringat, misalnya wol. Hindari pakaian berbahan katun. Gunakan jaket yang tahan angin dan air.
  • Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta sepatu bot. Usahakan agar kaus kaki serta sepatu Anda tidak sesak agar aliran darah berjalan lancar.
  • Pilihlah pakaian dengan ukuran yang sesuai. Pakaian yang pas akan menciptakan ruang sirkulasi udara hangat di antara kulit dan pakaian. Sedangkan pakaian yang ketat tidak dapat menghangatkan Anda.
  • Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat dapat menurunkan panas tubuh.
  • Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang dewasa. Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka terhindar dari hipotermia. Di antaranya adalah:
  • Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka lebih tebal.
  • Jangan biarkan bayi Anda tidur di dalam ruangan yang suhunya terlalu dingin.
  • Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin.
Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk mencegah serangan hipotermia yang berpotensi fatal.
. J Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid.
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin.
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi.
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.






















BAB III
PENUTUP

A.         Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,hormone,system saraf,asupan makanan,gender iklim(lingkungan),usia,aktivitas otot,stress. 

B.          Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita














DAFTAR PUSTAKA

http://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.html
http://joe.endocrinologyjournals.org/cgi/content/full
Journal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic releasing factors.
Journal of Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic homeostatic systems
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
I

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Suhu Tubuh"

Post a Comment