Makalah Psikologi Pendidikan



BAB
PEMBAHASAN

2.1       Isu-Isu Penting Perkembangan
Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah  masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dsb). Isu-isu penting dalam perkembangan yaitu masalah-masalah yang dikedepankan dalam pembahasan perkembangan individu.
Menurut Miller (1993) dalam Desmita (2006), studi psikologi perkembangan pada dasarnya mengacu pada empat isu utama. Isu penting tersebut antara lain :
»        Sifat dasar manusia
»        Kualitas dan kuantitas
»        Natur dan nurture
»        Esensi perkembangan
Selain empat isu tersebut, kami tertarik pula untuk membahas isu :
»        Kontinuitas dan diskontinuitas

2.1. Sifat Dasar Manusia
Pandangan para ahli tentang perkembangan, erat sekali kaitannya dengan pandangannya mengenai sifat dasar manusia.Terdapat tiga pandangan dasar yang relevan dengan studi psikologi perkembangan yaitu :
  1. Pandangan Mekanistik
Pandangan mekanistik adalah suatu pandangan yang beranggapan bahwa semua benda di dunia, termasuk organisme hidup dapat dipahami dengan baik sebagai mesin. Terdapat asumsi yang menyatakan bahwa semua proses, termasuk proses psikologis, pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi.
  1. Pandangan Organismik
Pandangan organismik adalah pandangan yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu keseluruhan (gestalt), yang lebih daripada hanya penjumlahan dari bagian-bagiannya.
  1. Pandangan Konstekstual
Pandangan ini mengungkapkan bahwa perilaku mempunyai arti hanya dalam kaitannya dengan konteks sosial-historikal. Pandangan kontekstualis ini [1]dilatarbelakangi oleh filsafat pragmatisme dari William James dan George Herbert Mead. (Disarikan dari Desmita, 2006: 29-30)

2.1. Kualitas dan Kuantitas
Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses perkembangan itu terjadi pengayaan, penambahan, dan atau pengurangan melalui pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungan. Jadi disaat anak memperoleh tambahan perilaku satu keterampilan baru, ia mengkombinasikan dan mengkombinasikan kembali perilaku atau ketrampilan tersebut dengan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku atau stabilitas yang semakin kompleks.
Dalam perkembangan bahasa, misalnya, dari mulai anak hanya bisa mengucapkan suatu suku kata, dua kata,dan seterusnya hingga beribu – ribu kata. Menurut pandangan ini kata pertama yang bisa diucapkan oleh anak sekalipun sebenarnya merupakan hasil akumulasi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, meskipun sebenarnya merupakan pengalaman baru. Setiap perkembangan individu dianggap mulai suatu pola urutan perubahan yang berbeda secara kualitatif, tidak sekedar berbeda secara kuantitatif.
Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan-perubahan perilaku yang relatif tiba-tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, disini terjadi peristiwa yang relatif tajam dari tahap perkembangan ketahap berikutnya.1

2.1.   Natur dan nurture
Natur dan nurture merupakan isu dasar yang menjadi perdebatan sengit dalam psikologi perkembangan. Natur (alam, sifat dasar) dapat diartikan sebagai sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan) dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya (Chaplin, 2002).
Isu natur dan nurture dalam psikologi perkembangan berkaitan dengan pertanyaan apakah pengetahuan dan tingkah laku berasal dari pembawaan genetik atau dari pengalaman yang diperoleh dari lingkungan? Untuk mengungkapkan kedua faktor ini, digunakan banyak istilah seperti nativisme-empirisme, endogen-eksogen, kematangan belajar, keturunan-lingkungan, biologi-kultur, diperoleh-memperoleh, serta bakat-pengalaman (Desmita, 2006: 32).
Contoh Kasus Nature dan Nurture
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang menunjukkan bahwa baik nurture maupun nature ternyata sama-sama diperlukan dalam proses pemerolehan bahasa      manusia.
1.   Secara umum bayi memberikan reaksi dan menunjukkan aktivitas berbahasa terhadap lingkungan di sekitarnya meskipun ia tidak menyadari aktivitas tersebut. Ia mencoba mengeluarkan sejumlah potensi berupa bunyi bahasa atau kata dan secara teratur ia melakukan pengulangan. Jika tidak mendapat respon berupa pengakuan dari lingkungannya, seperti ayah, ibu atau saudaranya, maka bayi mengubah potensi tersebut dan mengulangi proses yang sama sampai ia mendapatkan pengakuan dari lingkungan (Pateda, 1991:102).
2.   Di sebuah desa di Perancis, pada tahun 1800, ditemukan anak laki-laki berusia 11-12 tahun yang tinggal di hutan dan sering menyusup ke desa untuk mencari makan. Ketika tertangkap dan dididik oleh direktur Institut Tuna Rungu yaitu Dr. Sicard, anak tersebut tidak dapat berbicara seperti manusia lain. Kemudian ia dididik oleh ahli lain, Jean-Marc-Gaspard Itard. Dibawah asuhan dan didikan yang baru ini, pola laku kehidupan Victor, nama yang diberikan pada anak laki-laki tersebut, dapat berubah namun tetap tidak mampu menggunakan bahasa (Dardjowidjojo, 2003:236-237).
3.  Di Los Angeles, pada tahun 1970, ditemukan seorang anak perempuan yang disekap oleh orang tuanya di gudang belakang rumahnya. Selama 13 tahun ia tinggal dan sering disiksa ayahnya di dalam gudang tersebut, dan hanya diberi makan namun tidak pernah diajak berbicara oleh orang tuanya. Setelah diselamatkan, anak perempuan tersebut diberi nama Ginie kemudian dilatih agar dapat berbahasa selama 8 tahun, namun ternyata sama halnya dengan Victor pada kasus sebelumnya, ia tetap tidak mampu menggunakan bahasa (Dardjowidjojo, 2003:237).
4.   Di Ohio, seorang anak perempuan berusia 6,5 tahun, yaitu Isabelle, diasuh oleh ibunya yang tuna wicara. Ia kemudian diasuh oleh Marie Mason, seorang pimpinan rumah sakit, dengan cara yang normal, dan ternyata Isabelle mampu menggunakan bahasa seperti anak-anak normal lainnya (Dardjowidjojo, 2003:237).
Pada contoh kasus pertama yang berhubungan dengan bayi pada umumnya, tampak bahwa memang manusia mempunyai bekal bawaan atau nature untuk menguasai bahasa dan dengan dibantu nurture maupun pengaruh dari lingkungan seperti orang tua atau saudaranya, bayi tersebut mampu mengembangkan bekal bawaannya tersebut sampai akhirnya ia dapat menggunakan bahasa dengan sempurna.
Sedangkan pada contoh kasus kedua dan ketiga, meskipun Victor dan Isabelle juga memiliki kemampuan bawaan untuk menguasai bahasa atau nature, namun karena tidak adanya pengaruh dari lingkungan semenjak mereka dilahirkan atau nurture, Victor tinggal di hutan dan Ginie yang meskipun tinggal dengan orangtuanya sendiri namun hanya disiksa dan tidak pernah diajak bicara, maka usaha yang diupayakan ketika mereka telah berusia lebih dari 10 tahun agar kedua anak tersebut dapat menggunakan bahasa menjadi sia-sia belaka.
Untuk kasus keempat, yaitu Isabelle, proses pemerolehan bahasa yang bersifat nurture yang diberikan di usia yang tergolong lebih muda daripada Victor dan Ginie, yaitu 6,5 tahun, ternyata memberikan bantuan yang cukup besar terhadap kemampuan bawaannya atau nature sehingga ia mampu menggunakan bahasa. Dengan demikian tampak bahwa antara sifat pemerolehan bahasa nature dan nurture ternyata yang satu tidaklah lebih penting dari yang lain karena tanpa satu sama lain, pemerolehan bahasa tidak dapat berjalan dengan baik bahkan dapat menemui kegagalan.[2]

2.1.    Esensi Perkembangan
Menurut Miller (1993) dalam Desmita (2006), pandangan mengenai esensi perkembangan ini tergantung pada asumsi teoritis dan metode penelitian dalam beberapa dimensi berikut :
»        Level analisis dari molekular ke molar
»        Apakah penekanannya pada struktur atau pada proses?
»        Isi pembahasan apakah yang dianggap penting?
»        Apakah penekanannya pada perilaku yang tampak atau pada yang bersifat terselubung?
»        Metodologi apakah yang digunakan untuk meneliti perkembangan?
Bagi Piaget, yang menjadi esensi perkembangan adalah perkembangan kognitif. Menurut pandangan kontemporer (seperti Santrock, 1995; Seifert & Hoffnung, 1994), esensi perkembangan meliputi 3 bidang utama, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
Terdapat beberapa unit analisis tentang apa yang berkembang, diantaranya struktur kognitif, struktur psikis, strategi proses informasi, penentuan pola tindakan, eksplorasi persepsi, dan perangkat kejiwaan.

2.1.[3]    Kontinuitas dan Diskontinuitas
Sampai saat ini para ahli yang masih memperdebatkan apakah perkembangan itu merupakan suatu proses yang berkesinambungan atau tidak berkesinambungan? Banyak sekali pendapat para ahli yang berbeda-beda.ada yang menekankan bahwa perkembangan itu bersifat kontinuitas, dan ada pula yang menekankan bahwa perkembangan itu bersifat diskontinuitas.3
Para ahli kontinuitas meyakini bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau peningkatan bertahap dalam hal kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif sama. Itulah sekelumit tentang teori kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan.
Disisi lain para ahli yang menekankan pada ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses pengembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda secara kualitas maupun kwantitas. Pada paham ini perubahan terjadi secara tiba-tiba dan masa transisinya relatif tajam dari satu tahap ketahap berikutnya. Para ahli diskontinuitas menyatakan bahwa beberapa aspek perkembagan muncul secara independent dari apa yang muncul sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari perilaku sebelumnya.
Perkembangan bersifat kontinuitas (berkesinambungan) maksudnya bahwa perkembangan itu belangsung secara bertahap dan terus menerus sejak si anak masih dalam kandungan sampai anak mencapai kematangan. Apa yang terjadi pada suatu tahap, maka akan mempengaruhi tahap berikutnya. Sebagai contoh, pada waktu anak kelas 1 SD pelajaran yang ia dapatkan juga akan mempengaruhi pelajaran dikelas 2 SD juga, pelajaran yang didapat dikelas 2 pun juga akan mempengaruhi pelajaran di kelas 3SD, begitu seterusnya sampai akhir si anak tersebut memperoleh pendidikan.
Contoh yang lainnya yaitu dalam hal perkembangan bahasa. Ketika masih bayi, seseorang hanya bisa mengucapkan beberapa suku kata saja, namun semakin bertambahnya usia perkembangan bahasa yang ia miliki akan bertambah dan terus bertambah sampai beribu – ribu kata. Perkembangan bahasa ini merupakan hasil dari pengalaman- pengalaman sebelumnya, sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks dan lebih sempurna.
Selanjutnya yaitu perkembangan bersifat diskontinuitas atau tidak berkesinambungan. Perkembangan diskontinuitas ini merupakan proses perkembangan yang melibatkan proses – proses berbeda secara kualitatif. Perubahan – perubahan seseorang terjadi secara tiba – tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, memang sangat berbeda dengan perkembangan kontinuitas tadi yang tahapannya saling mempengaruhi.
Sebagai contoh perkembangan yang bersifat diskontinuitas yaitu tahap – tahap perkembangan cara berpikir anak. Perkembangan ini tidak menggambarkan adanya perbedaan pada tahap sebelumnya secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif tetapi bukan sekedar dari pengalaman – pengalaman sebelumnya.
Mereka yang mengatakan sinambung berpendapat bahwa perkembangan itu terjadi secara bertahap dan saling berkaitan satu dengan yang lainya. Seperti contoh anak yang mendapatkan tambahan ilmu dari lingkungan maka sikapnya akan berubah. Dengan demikian satu proses akan mempengaruhi proses yang lain.
Sedangkan mereka yang setuju dengan diskontinuitas atau tidak sinambung beranggapan bahwa perkembangan itu diarahkan oleh faktor faktor internal biologis. Jadi perkembangan itu melalui proses yang berbeda antara proses satu dengan yang lainya. Para ahli menyatakan bahwa beberapa aspek perkembangan muncul secara independen dari apa yang sudah muncul sebelumnya dan tidak bisa diprediksikan dari perilaku-perilaku sebelumnya.
Para ahli kontinuitas meyakini bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau peningkatan bertahap dalam hal kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif sama. Itulah sekelumit tentang teori kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan.
Disisi lain para ahli yang menekankan pada ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses pengembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda secara kualitas maupun kwantitas. Pada paham ini perubahan terjadi secara tiba-tiba dan masa transisinya relatif tajam dari satu tahap ketahap berikutnya. Para ahli diskontinuitas menyatakan bahwa beberapa aspek perkembagan muncul secara independent dari apa yang muncul sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari perilaku sebelumnya.

2.2       Prinsip-Prinsip Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia secara alamiah mengikuti pola teratur menurut prinsip atau hukum perkembangan. Menurut Sinolungan (1997), prinsip-prinsip perkembangan adalah pola-pola umum dalam suatu proses perubahan alamiah yang teratur, universal dan berkesinambungan, yang dimaksud dengan perubahan yang teratur adalah pertumbuhan pada manusia yang berjalan normal mengikuti tata urutan yang saling berkaitan.
Prinsip-prinsip perkembangan pada umumnya antara lain :
  1. Bahwa perkembangan melibatkan perubahan. Tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan. Sikap anak terhadap perubahan dipengaruhi oleh kesadaran akan perubahan tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku anak, sikap social terhadap perubahan ini, bagaimanan mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimana mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimanan kelompok sosial bereaksi terhadap anak ketika perubahan ini terjadi.
  2. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya. Bahwa perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia dapat diubah sebelumnya menjadi pola kebiasaan.
  3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan yang menetapkan batas dari perkembangan.
  4. Pola perkembangan dapat diramalkan. Walaupun pola yang dapat diramalakan ini dapat diperlambat dan dipercepat oleh kondisi lingkungan di masa pra lahir dan pascalahir.
  5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. Yang penting diantaranya adalah persamaan pola perkembangan bagi semua anak, perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke tanggapan spesifik, perkembangan terjadi secara berkesinambungan, berbagai bidang perkembangan dengan kecepatan yang berbeda, dan terdapat korelasi dalam perkembangan.
  6. Terdapat perbedaan individu dalam berkembang. Bahwa terdapat perbedaan individu dalam perkembangan yang sebagian karena pengaruh bawaan dan sebagian karena kondisi lingkungan. Ini berlaku baik dalam perkembangan fisik maupun psikologis. Kepentingan untuk mengetahui bahwa terdapat perbedaan individu dalam perkembangan adalah bahwa ia mennekankan pentingnya melatih anak sesuai dengan kebutuhannya dan tidak mengharapkan perilaku yang sama pada semua anak.
  7. Periode pola perkembangan. Periode perkembangan biasanya diebut periode pralahir, masa neonatus, masa bati, masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, dan masa puber. Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan, serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya disebut perilaku “bermasalah”.
  8. Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial. Harapan sosial ini terbentuk tugas perkembangan yang menungkinkan para orang tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasaiberbagai pola perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik.
  9. Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya dan potensial. Bahaya tersebut terjadi baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola perkembangan.
10.  Kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan. Tahun pertama kehidupan biasanya paling bahagia dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
Adapun prinsip- prinsip perkembangan individu, yaitu :
  1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
  2. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
  3. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
  4. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
  5. Setiap individu normal akan mengalami tahapan perkembangan.
  6. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
  7. Bagaimana pola atau arah perkembangan inidividu?
Arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
  1. Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
  2. Struktur mendahului fungsi.
  3. Diferensiasi ke integrasi.
  4. Dari konkret ke abstrak.
  5. Dari egosentris ke perspektivisme.
  6. Dari outer control ke inner control.
Prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991) terbagi tujuh. Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, ketujuh prinsip tersebut adalah :[4]
  1. Adanya perubahan.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;
  • Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
  • Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
  • Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
  • Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
  1. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini.
  1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan anak
  2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
  3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
  4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
    1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
  1. Pola perkembangan dapat diramalkan
Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.
  1. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
  1. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
  1. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.



















BAB III
PENUTUP

Isu penting perkembangan antara lain :
»        Sifat dasar manusia
»        Kualitas dan kuantitas
»        Natur dan nurture
»        Esensi perkembangan
»        Kontinuitas dan diskontinuitas
Prinsip-prinsip perkembangan yaitu :
»        Adanya perubahan.
»        Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya.
»        Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
»        Pola perkembangan dapat diramalkan.
»        Terdapat perbedaan individu dalam berkembang.
»        Periode pola perkembangan.
»        Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial.
»        Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya dan potensial.
»        Kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan.
»        Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
»        Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
»        Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
»        Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
»        Setiap individu normal akan mengalami tahapan perkembangan.
»        Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.







DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.



[1] Chaplin, J.P. (2002). Kamus Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

[2] Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[3] Chaplin, J.P. (2002). Kamus Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

[4] Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Psikologi Pendidikan"

Post a Comment