Makalah Psikologi Pendidikan
BAB
PEMBAHASAN
2.1
Isu-Isu Penting Perkembangan
Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dsb). Isu-isu penting
dalam perkembangan yaitu masalah-masalah yang dikedepankan dalam pembahasan perkembangan
individu.
Menurut Miller (1993) dalam Desmita
(2006), studi psikologi perkembangan pada dasarnya mengacu pada empat isu
utama. Isu penting tersebut antara lain :
»
Sifat dasar manusia
»
Kualitas dan kuantitas
»
Natur dan nurture
»
Esensi perkembangan
Selain empat isu tersebut, kami tertarik
pula untuk membahas isu :
»
Kontinuitas dan diskontinuitas
2.1. Sifat Dasar Manusia
Pandangan para ahli tentang
perkembangan, erat sekali kaitannya dengan pandangannya mengenai sifat dasar
manusia.Terdapat tiga pandangan dasar yang relevan dengan studi psikologi
perkembangan yaitu :
- Pandangan Mekanistik
Pandangan mekanistik adalah suatu
pandangan yang beranggapan bahwa semua benda di dunia, termasuk organisme hidup
dapat dipahami dengan baik sebagai mesin. Terdapat asumsi yang menyatakan bahwa
semua proses, termasuk proses psikologis, pada akhirnya dapat diredusir menjadi
proses fisik dan kimiawi.
- Pandangan Organismik
Pandangan organismik adalah pandangan
yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu keseluruhan (gestalt),
yang lebih daripada hanya penjumlahan dari bagian-bagiannya.
- Pandangan Konstekstual
Pandangan ini mengungkapkan bahwa
perilaku mempunyai arti hanya dalam kaitannya dengan konteks sosial-historikal.
Pandangan kontekstualis ini [1]dilatarbelakangi
oleh filsafat pragmatisme dari William James dan George Herbert Mead.
(Disarikan dari Desmita, 2006: 29-30)
2.1. Kualitas dan Kuantitas
Perkembangan adalah
perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan
kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses
perkembangan itu terjadi pengayaan, penambahan, dan atau pengurangan melalui
pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungan. Jadi disaat anak
memperoleh tambahan perilaku satu keterampilan baru, ia mengkombinasikan dan
mengkombinasikan kembali perilaku atau ketrampilan tersebut dengan yang sudah
ada untuk menghasilkan perilaku atau stabilitas yang semakin kompleks.
Dalam perkembangan bahasa, misalnya,
dari mulai anak hanya bisa mengucapkan suatu suku kata, dua kata,dan seterusnya
hingga beribu – ribu kata. Menurut pandangan ini kata pertama yang bisa
diucapkan oleh anak sekalipun sebenarnya merupakan hasil akumulasi dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya, meskipun sebenarnya merupakan pengalaman
baru. Setiap perkembangan individu dianggap mulai suatu pola urutan
perubahan yang berbeda secara kualitatif, tidak sekedar berbeda secara
kuantitatif.
Dalam hal ini perkembangan individu
dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan-perubahan perilaku yang
relatif tiba-tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, disini terjadi
peristiwa yang relatif tajam dari tahap perkembangan ketahap berikutnya.1
2.1. Natur dan nurture
Natur dan nurture merupakan
isu dasar yang menjadi perdebatan sengit dalam psikologi perkembangan. Natur
(alam, sifat dasar) dapat diartikan sebagai sifat khas seseorang yang dibawa
sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan nurture (pemeliharaan,
pengasuhan) dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya (Chaplin, 2002).
Isu natur dan nurture dalam
psikologi perkembangan berkaitan dengan pertanyaan apakah pengetahuan dan
tingkah laku berasal dari pembawaan genetik atau dari pengalaman yang diperoleh
dari lingkungan? Untuk mengungkapkan kedua faktor ini, digunakan banyak istilah
seperti nativisme-empirisme, endogen-eksogen, kematangan belajar,
keturunan-lingkungan, biologi-kultur, diperoleh-memperoleh, serta
bakat-pengalaman (Desmita, 2006: 32).
Contoh Kasus Nature dan Nurture
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus
yang menunjukkan bahwa baik nurture maupun nature ternyata sama-sama diperlukan
dalam proses pemerolehan bahasa manusia.
1. Secara umum bayi
memberikan reaksi dan menunjukkan aktivitas berbahasa terhadap lingkungan di
sekitarnya meskipun ia tidak menyadari aktivitas tersebut. Ia mencoba
mengeluarkan sejumlah potensi berupa bunyi bahasa atau kata dan secara teratur
ia melakukan pengulangan. Jika tidak mendapat respon berupa pengakuan dari
lingkungannya, seperti ayah, ibu atau saudaranya, maka bayi mengubah potensi
tersebut dan mengulangi proses yang sama sampai ia mendapatkan pengakuan dari
lingkungan (Pateda, 1991:102).
2. Di sebuah desa di
Perancis, pada tahun 1800, ditemukan anak laki-laki berusia 11-12 tahun yang
tinggal di hutan dan sering menyusup ke desa untuk mencari makan. Ketika
tertangkap dan dididik oleh direktur Institut Tuna Rungu yaitu Dr. Sicard, anak
tersebut tidak dapat berbicara seperti manusia lain. Kemudian ia dididik oleh
ahli lain, Jean-Marc-Gaspard Itard. Dibawah asuhan dan didikan yang baru ini,
pola laku kehidupan Victor, nama yang diberikan pada anak laki-laki tersebut,
dapat berubah namun tetap tidak mampu menggunakan bahasa (Dardjowidjojo,
2003:236-237).
3. Di Los Angeles, pada tahun
1970, ditemukan seorang anak perempuan yang disekap oleh orang tuanya di gudang
belakang rumahnya. Selama 13 tahun ia tinggal dan sering disiksa ayahnya di
dalam gudang tersebut, dan hanya diberi makan namun tidak pernah diajak
berbicara oleh orang tuanya. Setelah diselamatkan, anak perempuan tersebut
diberi nama Ginie kemudian dilatih agar dapat berbahasa selama 8 tahun, namun
ternyata sama halnya dengan Victor pada kasus sebelumnya, ia tetap tidak mampu
menggunakan bahasa (Dardjowidjojo, 2003:237).
4. Di Ohio, seorang anak
perempuan berusia 6,5 tahun, yaitu Isabelle, diasuh oleh ibunya yang tuna
wicara. Ia kemudian diasuh oleh Marie Mason, seorang pimpinan rumah sakit,
dengan cara yang normal, dan ternyata Isabelle mampu menggunakan bahasa seperti
anak-anak normal lainnya (Dardjowidjojo, 2003:237).
Pada contoh kasus pertama yang
berhubungan dengan bayi pada umumnya, tampak bahwa memang manusia mempunyai
bekal bawaan atau nature untuk menguasai bahasa dan dengan dibantu nurture
maupun pengaruh dari lingkungan seperti orang tua atau saudaranya, bayi
tersebut mampu mengembangkan bekal bawaannya tersebut sampai akhirnya ia dapat
menggunakan bahasa dengan sempurna.
Sedangkan pada contoh kasus kedua dan
ketiga, meskipun Victor dan Isabelle juga memiliki kemampuan bawaan untuk
menguasai bahasa atau nature, namun karena tidak adanya pengaruh dari
lingkungan semenjak mereka dilahirkan atau nurture, Victor tinggal di hutan dan
Ginie yang meskipun tinggal dengan orangtuanya sendiri namun hanya disiksa dan
tidak pernah diajak bicara, maka usaha yang diupayakan ketika mereka telah berusia
lebih dari 10 tahun agar kedua anak tersebut dapat menggunakan bahasa menjadi
sia-sia belaka.
Untuk kasus keempat, yaitu Isabelle,
proses pemerolehan bahasa yang bersifat nurture yang diberikan di usia yang
tergolong lebih muda daripada Victor dan Ginie, yaitu 6,5 tahun, ternyata
memberikan bantuan yang cukup besar terhadap kemampuan bawaannya atau nature
sehingga ia mampu menggunakan bahasa. Dengan demikian tampak bahwa antara sifat
pemerolehan bahasa nature dan nurture ternyata yang satu tidaklah lebih penting
dari yang lain karena tanpa satu sama lain, pemerolehan bahasa tidak dapat
berjalan dengan baik bahkan dapat menemui kegagalan.[2]
2.1. Esensi
Perkembangan
Menurut Miller (1993) dalam Desmita
(2006), pandangan mengenai esensi perkembangan ini tergantung pada asumsi
teoritis dan metode penelitian dalam beberapa dimensi berikut :
»
Level analisis dari molekular ke molar
»
Apakah penekanannya pada struktur atau pada proses?
»
Isi pembahasan apakah yang dianggap penting?
»
Apakah penekanannya pada perilaku yang tampak atau pada yang bersifat
terselubung?
»
Metodologi apakah yang digunakan untuk meneliti perkembangan?
Bagi Piaget, yang menjadi esensi
perkembangan adalah perkembangan kognitif. Menurut pandangan kontemporer
(seperti Santrock, 1995; Seifert & Hoffnung, 1994), esensi perkembangan
meliputi 3 bidang utama, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
Terdapat beberapa unit analisis tentang
apa yang berkembang, diantaranya struktur kognitif, struktur psikis, strategi
proses informasi, penentuan pola tindakan, eksplorasi persepsi, dan perangkat
kejiwaan.
2.1.[3]
Kontinuitas dan Diskontinuitas
Sampai saat ini para ahli yang masih
memperdebatkan apakah perkembangan itu merupakan suatu proses yang
berkesinambungan atau tidak berkesinambungan? Banyak sekali pendapat para ahli
yang berbeda-beda.ada yang menekankan bahwa perkembangan itu bersifat
kontinuitas, dan ada pula yang menekankan bahwa perkembangan itu bersifat
diskontinuitas.3
Para ahli kontinuitas meyakini bahwa
perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau
peningkatan bertahap dalam hal kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan baru
pada suatu langkah yang relatif sama. Itulah sekelumit tentang teori
kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan.
Disisi lain para ahli yang menekankan
pada ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses pengembangan
individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda secara kualitas maupun
kwantitas. Pada paham ini perubahan terjadi secara tiba-tiba dan masa
transisinya relatif tajam dari satu tahap ketahap berikutnya. Para ahli
diskontinuitas menyatakan bahwa beberapa aspek perkembagan muncul secara
independent dari apa yang muncul sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari
perilaku sebelumnya.
Perkembangan bersifat kontinuitas
(berkesinambungan) maksudnya bahwa perkembangan itu belangsung secara bertahap
dan terus menerus sejak si anak masih dalam kandungan sampai anak mencapai
kematangan. Apa yang terjadi pada suatu tahap, maka akan mempengaruhi tahap
berikutnya. Sebagai contoh, pada waktu anak kelas 1 SD pelajaran yang ia
dapatkan juga akan mempengaruhi pelajaran dikelas 2 SD juga, pelajaran yang
didapat dikelas 2 pun juga akan mempengaruhi pelajaran di kelas 3SD, begitu
seterusnya sampai akhir si anak tersebut memperoleh pendidikan.
Contoh yang lainnya yaitu dalam hal
perkembangan bahasa. Ketika masih bayi, seseorang hanya bisa mengucapkan
beberapa suku kata saja, namun semakin bertambahnya usia perkembangan bahasa
yang ia miliki akan bertambah dan terus bertambah sampai beribu – ribu kata.
Perkembangan bahasa ini merupakan hasil dari pengalaman- pengalaman sebelumnya,
sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks dan lebih
sempurna.
Selanjutnya yaitu perkembangan bersifat
diskontinuitas atau tidak berkesinambungan. Perkembangan diskontinuitas ini
merupakan proses perkembangan yang melibatkan proses – proses berbeda secara
kualitatif. Perubahan – perubahan seseorang terjadi secara tiba – tiba dari suatu
tahap ke tahap berikutnya. Jadi, memang sangat berbeda dengan perkembangan
kontinuitas tadi yang tahapannya saling mempengaruhi.
Sebagai contoh perkembangan yang
bersifat diskontinuitas yaitu tahap – tahap perkembangan cara berpikir anak.
Perkembangan ini tidak menggambarkan adanya perbedaan pada tahap sebelumnya
secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif tetapi bukan sekedar dari
pengalaman – pengalaman sebelumnya.
Mereka yang mengatakan sinambung
berpendapat bahwa perkembangan itu terjadi secara bertahap dan saling berkaitan
satu dengan yang lainya. Seperti contoh anak yang mendapatkan tambahan ilmu
dari lingkungan maka sikapnya akan berubah. Dengan demikian satu proses akan
mempengaruhi proses yang lain.
Sedangkan mereka yang setuju dengan
diskontinuitas atau tidak sinambung beranggapan bahwa perkembangan itu
diarahkan oleh faktor faktor internal biologis. Jadi perkembangan itu melalui
proses yang berbeda antara proses satu dengan yang lainya. Para ahli menyatakan
bahwa beberapa aspek perkembangan muncul secara independen dari apa yang sudah
muncul sebelumnya dan tidak bisa diprediksikan dari perilaku-perilaku
sebelumnya.
Para ahli kontinuitas meyakini bahwa
perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau
peningkatan bertahap dalam hal kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan baru
pada suatu langkah yang relatif sama. Itulah sekelumit tentang teori
kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan.
Disisi lain para ahli yang menekankan
pada ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses pengembangan
individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda secara kualitas maupun
kwantitas. Pada paham ini perubahan terjadi secara tiba-tiba dan masa
transisinya relatif tajam dari satu tahap ketahap berikutnya. Para ahli diskontinuitas
menyatakan bahwa beberapa aspek perkembagan muncul secara independent dari apa
yang muncul sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari perilaku sebelumnya.
2.2
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
secara alamiah mengikuti pola teratur menurut prinsip atau hukum perkembangan.
Menurut Sinolungan (1997), prinsip-prinsip perkembangan adalah pola-pola umum
dalam suatu proses perubahan alamiah yang teratur, universal dan
berkesinambungan, yang dimaksud dengan perubahan yang teratur adalah
pertumbuhan pada manusia yang berjalan normal mengikuti tata urutan yang saling
berkaitan.
Prinsip-prinsip perkembangan pada
umumnya antara lain :
- Bahwa perkembangan melibatkan perubahan. Tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan. Sikap anak terhadap perubahan dipengaruhi oleh kesadaran akan perubahan tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku anak, sikap social terhadap perubahan ini, bagaimanan mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimana mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimanan kelompok sosial bereaksi terhadap anak ketika perubahan ini terjadi.
- Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya. Bahwa perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia dapat diubah sebelumnya menjadi pola kebiasaan.
- Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan yang menetapkan batas dari perkembangan.
- Pola perkembangan dapat diramalkan. Walaupun pola yang dapat diramalakan ini dapat diperlambat dan dipercepat oleh kondisi lingkungan di masa pra lahir dan pascalahir.
- Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. Yang penting diantaranya adalah persamaan pola perkembangan bagi semua anak, perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke tanggapan spesifik, perkembangan terjadi secara berkesinambungan, berbagai bidang perkembangan dengan kecepatan yang berbeda, dan terdapat korelasi dalam perkembangan.
- Terdapat perbedaan individu dalam berkembang. Bahwa terdapat perbedaan individu dalam perkembangan yang sebagian karena pengaruh bawaan dan sebagian karena kondisi lingkungan. Ini berlaku baik dalam perkembangan fisik maupun psikologis. Kepentingan untuk mengetahui bahwa terdapat perbedaan individu dalam perkembangan adalah bahwa ia mennekankan pentingnya melatih anak sesuai dengan kebutuhannya dan tidak mengharapkan perilaku yang sama pada semua anak.
- Periode pola perkembangan. Periode perkembangan biasanya diebut periode pralahir, masa neonatus, masa bati, masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, dan masa puber. Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan, serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya disebut perilaku “bermasalah”.
- Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial. Harapan sosial ini terbentuk tugas perkembangan yang menungkinkan para orang tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasaiberbagai pola perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik.
- Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya dan potensial. Bahaya tersebut terjadi baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola perkembangan.
10. Kebahagiaan bervariasi pada
berbagai periode perkembangan. Tahun pertama kehidupan biasanya paling bahagia
dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
Adapun prinsip- prinsip perkembangan
individu, yaitu :
- Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
- Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
- Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
- Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
- Setiap individu normal akan mengalami tahapan perkembangan.
- Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
- Bagaimana pola atau arah perkembangan inidividu?
Arah atau pola perkembangan sebagai
berikut :
- Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
- Struktur mendahului fungsi.
- Diferensiasi ke integrasi.
- Dari konkret ke abstrak.
- Dari egosentris ke perspektivisme.
- Dari outer control ke inner control.
Prinsip perkembangan menurut Hurlock
(1991) terbagi tujuh. Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, ketujuh prinsip
tersebut adalah :[4]
- Adanya perubahan.
Manusia tidak pernah dalam keadaan
statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan
hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik
puncak kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak
ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;
- Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
- Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
- Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
- Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
- Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa
kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka.
Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan
mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang
membenarkan pendapat ini.
- Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan anak
- Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
- Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
- Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
- Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat
diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara
potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu.
Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian
berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan
dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa
dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran
itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan
cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
- Pola perkembangan dapat diramalkan
Dalam perkembangan motorik akan
mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh
dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi
pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk
yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh.
Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan
terlebih dahulu.
- Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan
juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental.
Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap
berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum
dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun
terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai
akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki
kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat
dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata,
sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan
yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan
mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan
jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon
ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon
ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara
berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi
dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan
perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai
puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa
kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki
arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan
selanjutnya.
- Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi
semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara
dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap
langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak,
dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap
orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor
lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak.
Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti
kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk
melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan
untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan
perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi
perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan
cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap
perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
- Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Pola perkembangan tidak selamanya
berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola
normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari
lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan
terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola
perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan
perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan
penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
Isu penting perkembangan antara lain :
»
Sifat dasar manusia
»
Kualitas dan kuantitas
»
Natur dan nurture
»
Esensi perkembangan
»
Kontinuitas dan diskontinuitas
Prinsip-prinsip perkembangan yaitu :
»
Adanya perubahan.
»
Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya.
»
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
»
Pola perkembangan dapat diramalkan.
»
Terdapat perbedaan individu dalam berkembang.
»
Periode pola perkembangan.
»
Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial.
»
Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya dan potensial.
»
Kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan.
»
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
»
Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
»
Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
»
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
»
Setiap individu normal akan mengalami tahapan perkembangan.
»
Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. (2002). Kamus
Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Desmita. (2006). Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
[1] Chaplin, J.P. (2002). Kamus
Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
[2] Desmita. (2006). Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[3] Chaplin, J.P. (2002). Kamus
Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
[4] Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
0 Response to "Makalah Psikologi Pendidikan"
Post a Comment